Satria Nusantara 1 (TITISAN GAJAHMADA)

15 10 2012

TITISAN GAJAH MADA

 

Esok harinya, pak Cokro bersiap-siap ke suatu tempat. Dia ingin mengantarkan Medali Prambanan pada denmas.  Pak Cokro yakin rumahnya masih diintai oleh beberapa orang tak dikenal.  Seperti petunjuk Kanjeng Putri, mereka adalah gerombolan si Gudhel.  Mereka belum berhasil menemukan Medali dan masih berusaha mencari tahu keberadaan pusaka itu.

Untungnya, beberapa petugas polisi masih bersiaga dikediamannya.  Atas permintaan pribadinya, pak Cokro meminta rumahnya di kawal sementara waktu.  Keadaan masih belum kondusif.  Keamanan keluarganya masih mengkhawatirkan.  Selain itu, pak Cokro telah mengerahkan beberapa anak buahnya turut menjaga keamanan rumah.  Beberapa satpam dan hansip bergantian memonitoring situasi di sekitar rumah megah itu.

Pak Cokro sedang berpamitan pada istrinya.  Bu Cokro sudah banyak tahu cerita tentang Medali Prambanan.  Dia sudah paham dengan tugas lain suaminya yaitu menjaga keamanan Medali.  Selama menemani pak Cokro, kejadian kemarin merupakan yang paling mengerikan yang telah berlaku dalam kehidupan rumahtangganya.  Tapi bu Cokro selalu yakin, suaminya selalu dalam lindungan sang Pencipta.

“Bapak pergi dulu bune.” Pamit pak Cokro

“Iyo, ati-ati ya pak.” Jawab bu Cokro kemudian mencium tangan suaminya dan mengiringi pak Cokro menuju garasi mobil

“Bune jangan kemana-mana. Minta tolong anak-anak dulu kalo ada keperluan.” Pesan pak Cokro

“Bune di rumah saja.  Urusan bune handle via telpon saja pak.” Jawab bu Cokro mengiyakan pesan suaminya.

“Jangan lama-lama yo pak. Langsung pulang.” Pesan balik bu Cokro

“Iyo, nanti bapak langung balik ke rumah.”

Supir sudah menanti di dalam mobil Fortuner hitam kesukaan pak Cokro.  Beberapa saat setelah pak Cokro naik, mobil itu segera meluncur keluar meninggalkan rumah.

Read the rest of this entry »